[ Project In Class ] Indahnya Kebersamaan
Judul diatas mungkin akan mengingatkan kita dengan seorang Ustadz yang dulu sangat terkenal sekali. Tapi disini saya tidak akan menulis tentang biografi Ustadz tersebut ataupun kehebohan yang pernah dibuatnya. Saya ingin membahas tentang arti dari kebersamaan. Bagaimana sebuah kebersamaan membawa perubahan besar dalam diri kita sebagai manusia. Bahwa kebersamaan begitu indah jika kita mencoba untuk hidup harmonis sesama manusia. Khususnya bagi kami yang pernah hidup di negara orang.
Sudah hampir satu tahun saya tinggal di Negara jiran ini. Dan meski begitu rasa rindu saya akan kampung halaman masih selalu terasa. Fasilitas yang canggih tidak mampu menggantikan Indonesia di mata saya. Orang-orang yang berada disekitar lah yang utama, yang membuat saya kurang nyaman berada disini, begitu pertama kali yang saya rasakan. Orang-orang yang saya maksud disini adalah kami sebagai Warga Negara Indonesia, hanya dekat jika kami memang benar- benar membutuhkan sesuatu. Lebih dari itu hanyalah sekedar obrolan basa basi biasa, layaknya orang yang hanya ingin memanfaatkan waktu yang ada daripada bengong tanpa melakukan sesuatu.
Keegoisan ini sangat jelas sekali terlihat, ketika pertama kalinya saya datang ke Malaysia. Ketika suami masih belum mempunyai kendaraan untuk bepergian. Hanya segelintir orang yang bisa di mintai bantuannya. Sekedar informasi saja, di sini di Malaysia kendaraan umum yang ada adalah Bus, Train (kereta api) dan Taksi. Dan semua kendaraan umum itu bisa digunakan untuk beberapa titik saja. Contoh, ketika kami akan pergi ke sebuah pasar tradisional, yang ada hanya di malam hari, ketika kita memutuskan akan menggunakan Taksi biaya yang dipakai akan lebih mahal dari sekedar belanjaan kita setiap minggunya. Dan Bus hanya ada ketika sang sopir ingin bergerak ( tidak terjadwal maksudnya) dan belum tentu melewati tujuan yang kita inginkan. Jangan tanya untuk Train, kita gunakan kalau hendak bepergian jauh, kalau sekedar ke pasar tidak mungkin kita pakai Train. Jadilah kendaraan pribadi menjadi alternatif utama bagi kami untuk pergi ke pasar tradisional tersebut. Jalan kaki sudah pasti tak mungkin, karena jarak yang cukup jauh. Jadi Kendaraan pribadi disini hampir setiap rumah memilikinya. Entah mobil yang bisa mencapai tiga buah setiap rumahnya, motor bahkan sepeda bisa dijadikan alternatif pilihan sebagai kendaraan pribadi. Jadi, ketika suami saya hanya sekedar ingin pergi ke pasar tradisional itu, banyak teman-teman disini memiliki cara yang halus untuk menolak kami atau malah menghindar. Saya benar-benar tidak habis pikir, dulu ketika saya masih di Indonesia saya sering mendapat kabar, kalau suami saya sedang melakukan hal-hal yang diminta oleh teman-teman nya di sini. Entah itu meminta untuk dibantu pindahan atau yang lebih sering adalah diminta dibenarkan Laptopnya. Tapi ketika kami membutuhkan bantuan, hal itu sangat sulit kami dapatkan. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk membeli kendaraan pribadi untuk memenuhi kebutuhan kami, karena sangat tergantung dengan orang lain benar-benar membuat kami tidak nyaman, apalagi mereka merasa terganggu dengan permintaan kami ini.
Saya baru-baru ini mendapatkan materi bagus disebuah pengajian yang biasa saya ikuti setiap minggunya. Isinya mengenai Bagaimana cara Mendidik Anak dengan mendatangkan seorang teman, yang memang sedang kuliah di Jurusan Psikologi disini. Salah satu materi yang sangat menarik perhatian saya adalah, pengenalan konsep diri. Saya jadi teringat dengan kondisi kami disini, keegoisan ini apakah salah satu dari konsep diri yang kurang matang? Menurut teman saya itu, konsep diri atau citra diri adalah salah satu faktor penting dalam hal mendidik anak disamping agama, aspek kognitif, aspek emosi dan salah satunya adalah perkembangan sosialisasi yang didalamnya terdapat pengenalan konsep diri itu tadi. Salah satu langkah dalam pengenalan konsep itu adalah membangun hubungan dengan lingkungan sekitar, yang kalau tidak tepat akan menjadi kuper atau egois dengan keberadaan dirinya sendiri. Hal ini terjadi ketika umur kita sekitar 20 an. Setelahnya adalah berperan aktif dalam masyarakat, sehingga ketika masa tua nanti hidup kita akan menjadi lebih berarti atau hidup tanpa makna? Dengan membantu orang dari hal yang kecil pun, bukankah ini salah satu pengenalan konsep akan diri kita? Ketika kita bisa berbuat sekecil apapun dan itu sangat berarti bagi orang lain bukankah hidup kita pun akan lebih berarti? Dan bukannya tanpa makna.
Disini saya ingin mencoba berbagi pengalaman, bagaimana caranya merasakan Indahnya Kebersamaan di Negara Orang, dengan keadaan kebersamaan merupakan barang langka disini. Saya jadi teringat dengan perkataan seorang teman saya, ketika beliau datang berkunjung kemari. Beliau pernah menetap cukup lama disini, jadi lebih tahu irama kehidupan orang-orang Indonesia yang sekolah disini. Dengan suasana santai dia bilang, kalau kita jangan lah terlalu dekat secara personal dengan teman-teman disini. Dan ini adalah langkah pertama bagi kita untuk membiasakan diri dengan kondisi disini. Menjelaskan kasus yang pernah menimpanya sepintas lalu, dia menekankan lagi keluarga memang lebih utama dibanding yang lainnya, ini bagi kami yang memang membawa keluarganya untuk ikut serta kemari seperti saya ini.
Saya pribadi, ketika mengikuti kegiatan yang diadakan pihak perkumpulan mahasiswa selalu mengusahakan ikut. Karena ini adalah salah satu wadah untuk lebih mengenal lebih dekat teman-teman sesama warga negara Indonesia. Meski terkadang respon yang ada pun bervariatif saya dapatkan. Ya karena itu tadi, sebagian mereka menganggap pertemuan mingguan ini bukanlah hal penting, hanya sekedar memanfaatkan waktu saja, jadinya ada yang interest ataupun malah tidak perduli sama sekali. Intinya adalah menjaga tali silaturahmi banyak manfaat yang bisa kita ambil. Ini adalah langkah kedua yang bisa kita usahakan.
Bersikap lebih santai ketika ada komentar negatif tentang diri kita, cukup penting untuk membuat diri kita lebih relaks untuk tetap bertahan disini. pendidikan tinggi bukanlah jaminan bagi orang untuk tidak bergosip dari saling menjelek-jelekkan satu dengan yang lainnya. Jadi ketika hal itu menimpa kita, anggap saja angin lalu. Masuk kuping kiri keluarkan saja lewat kuping kiri lagi, tidak harus dikeluarkan lewat kuping kanan karena nantinya justru akan diproses dulu lewat otak atau malah hati kita untuk keluar lewat kuping kanan.
Menjadi filter informasi bagi diri kita yang utama dan juga bagi orang disekitar kita, bisa menjadi senjata ampuh bagi kita untuk menangkis berita buruk yang sampai kepada kita, hal ini yang berikutnya.
Salah satu cara lain lagi, bagi saya untuk menyegarkan diri di negeri orang adalah untuk memanfaatkan segala fasilitas yang ada disini. Saya akui kalau Malaysia memang lebih maju dalam hal fasilitas yang disediakan pihak pemerintah atau kerajaan kalau disini, untuk masyarakatnya. Salah satunya adalah berolahraga. Saya biasa berenang atau jogging disetiap akhir minggunya sekedar melepaskan diri dari segala rutinitas yang ada. Dan hal ini benar-benar membantu saya. Suasana yang segar ketika berjogging atau berenang pada khusus hari bagi wanita membuat saya lebih enjoy hidup disini.
Proaktif adalah langkah berikutnya bagi saya untuk merasakan kebersamaan, disamping juga agar kita tidak tergantung kepada orang lain. Harus bergerak dalam mencari informasi apapun untuk diri kita sendiri. Perluas jaringan dengan siapapun dan lebih bersikap fleksibel. hidup akan lebih dinamis jika kita lebih proaktif dlm kehidupan kita. Ingat dengan ayat Quran Surat Ar-Ra'd (13) ayat 11 yang isinya mengatakan bahwa " ....Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri...."
Intinya, menyelaraskan diri dengan keadaan sekitar akan menjadi seni tersendiri bagi kita dalam menghadapi kehidupan yang tidak semua orang bisa mengalaminya. Dimana kebersamaan menjadi sesuatu yang susah untuk didapatkan. Menyesuaikan diri dengan kebersamaan yang kita ciptakan sendiri akan terasa indah jadinya.
Dengan pengenalan konsep diri pun merupakan salah satu cara yang utama untuk lebih menyelaraskan diri dengan lingkungan sekitar. Mengenal siapa diri kita lebih dalam, tidak ada kata terlambat jika kita ingin menjadi lebih baik, dengan catatan bahwa sebenarnya konsep diri ini harus dikenalkan dari semenjak kita masih bayi. Dari dalam dulu baru keluar, kalau kita mengutip dalam bukunya Stephen Covey, Seven Habbits of Highly Effective People. Kita dulu yang berubah, mengenal siapa diri kita, baru lingkungan sekitar dan kemudian timbul lah yang namanya saling ketergantungan.
Indahnya Kebersamaan tidak akan menjadi barang langka lagi, jika kita memulai dari diri kita sendiri. Minimal kita sendiri yang akan merasakannya. Jadi ketika kita mendengar Indahnya Kebersamaan, slogan ini akan kita jadikan sebagai salah satu moto dalam hidup kita. Karena ketika kita tahu dan merasakan betapa indah nya dari kebersamaan, slogan ini akan menjadi milik kita bersama. Betapa Indahnya Kebersamaan.
Comments
Post a Comment
haii Tiada kesan tanpa komentarmu
* Just click on the pic and copas into box comment for using the emoticon