Journey To Pulau Pangkor
Awalnya sedikit bimbang ketika suami mengajak untuk berwisata ke sebuah pulau di Malaysia sini, bernama Pulau Pangkor. Mendengar kata wisatanya sih asyik, membayangkan apa yang harus saya kemas itu yang membuat saya bingung, membayangkan perjalanan yang cukup jauh dengan membawa dua anak. Apalagi ketika itu kondisi anak-anak dalam keadaan kurang sehat badannya. Tapi mengingat rute perjalanan yang sangat menarik dan kawan-kawan yang terlibat didalamnya, juga semangatnya anak-anak mendengar kata pantai akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan, bismillah saya menyanggupi ajakan itu.
Waktu pun tiba bagi kami menuju Lumut. Perjalanan memakan waktu sekitar 3 sampai 4 jam. Meski keadaan bus kurang nyaman bagi saya, saya mencoba untuk mengistirahatkan badan, menjaga stamina untuk esok hari. Hasilnya, selama perjalan dalam bus itu, saya merindukan bantal dan selimut kesayangan saya. Sudah terbayangkan badan pegal-pegal karena kurang tidur dan posisi duduk saya yang tidak pas. Ditambah si sulung yang tidur dipangkuan saya. Ingin rasanya kembali ke rumah tidur nyenyak tanpa adanya perjalanan panjang ini.
Perjalanan yang cukup menyiksa harus segera saya akhiri di toilet. Karena malam dan toilet umum tutup kami pun menemukan kedai makan yang buka 25 jam non stop waktu itu. Terbayang toilet yang pasti tersedia didalamnya, saya pun segera menuju kedai itu bersama kawan yang lain.
Ketika bergegas menuju toilet, seorang kawan keluar dengan ekspresi muka yang cukup membuat saya ketar ketir.
Sesampainya di Pangkor kami menggunakan jasa sebuah mini van. Menikmati pemandangan matahari pagi di Pulau Pangkor dan cuacanya yang belum menyengat benar-benar membuat diri ini tidak menyesal mengikuti petualangan ini.
Sang sopir menawari kami mengunjungi beberapa tempat sebelum kami tiba di pantainya. Pertama kali yang kami singgahi waktu itu adalah tempat peribadatan orang cina. Sebuah kuil yang cukup sepi, dan magis menurut saya. Ditambah lokasi kuil yang berada didekat kaki bukit membuat suasana disana membuat hati ini kurang nyaman. Dengan bersamaannya dengan perayaan imlek, bau dupa begitu menyengat disana. Meski kesempatan itu tidak kami sia-sia kan untuk kami abadikan dalam kamera.
Pertama kalinya melihat kuil cina dalam jarak yang cukup dekat, apalagi kami masuk ke dalamnya. Terdapat patung Sun Go Kong yang cukup besar ditengahnya. Dan beberapa dewa lainnya. Membuat saya serasa didalam sebuah negeri dongeng atau tepatnya dalam drama film cina. Lengkap dengan percakapannya pula. Karena ada beberapa Chinese yang bersembahyang didalamnya.

Perjalanan berlanjut ke pantai, yang menjadi tujuan utama kami. Sesampainya disana kami sarapan kemudian mengganti kostum dan akhirnya kami berada di pinggir pantai Pulau Pangkor. Meski saya tidak bisa ikut menikmati air laut, saya cukup puas melihat anak-anak bermain pasir dan air sepuasnya.
Sambil menjaga tas kawan-kawan, saya mulai menyadari bahwa pantai Pangkor masih sama levelnya dengan pantai Pangandaran yang ada di Indonesia. Perbedaan yang mencolok didalamnya adalah fasilitas yang disediakan pemerintah akan tempat wisata umum. Disini pihak kerajaan benar-benar memberikan perhatian khusus agar menarik banyak wisatawan berkunjung. Padahal jika dilihat dengan jelas, wisata alam Indonesia lebih kaya dan indah tentunya dibanding disini dan Malaysia kalah jauh dalam hal kekayaan alam.
Sebuah kekecewaan akan selalu ada dalam diri saya jika pergi berwisata di Malaysia. Menyadari jika Indonesia tertinggal beberapa langkah dalam bentuk perhatian pihak pemerintahannya akan obyek wisata yang ada.
Setelah kawan-kawan puas bermain di laut, dan melihat waktu yang masih tersisa banyak, kami memutuskan untuk berkeliling laut disekitar Pangkor mengunakan perahu boat. Ada berbagai macam bentuk batu karang yang kami lihat. Bentuk ikan paus, penyu bahkan buaya pun ada. Bukan hal yang hebat sebenarnya tapi melihatnya dengan kawan-kawan yang luar biasa akan terasa indah jadinya.
Menikmati sisa waktu di BayMen (salah satu bagian pantai di Pulau Pangkor yang lain), akhirnya kami pun bersiap-siap pulang dengan membersihkan diri dari pasir pantai dengan sisa tenaga kami yang ada.

Mulai mendata dan mempacking apa saja yang akan kami bawa perjalanan pun dimulai, dengan back pack yang saya bawa cukup membuat bahu ini langsung melorot, tidak menyurutkan semangat saya untuk memulai perjalanan itu.
Malam hari bada isya kami kumpul di rumah kawan, kemudian memulai perjalanan menuju bus yang akan membawa kami ke terminal bus utama dan berangkat langsung menuju daerah bernama Lumut, sebelum kami menyebrang menggunakan kapal Feri menuju Pulau Pangkor.
Bus menuju daerah Lumut berangkat pukul 11 lebih, kami pun menunggu
sejam diterminal sambil bersenda gurau dan bernyayi. Cukup unik sebenarnya, karena lagu-lagu yang kami bawakan adalah lagu-lagu daerah dan kebangsaan Indonesia. Tak sedikit orang-orang disekitar memperhatikan kami. Sambil lesehan kami hanya tertawa dan bernyanyi. Ya, hidup di negera orang justru menumbuhkan kecintaan yang kuat akan negeri kami Indonesia. Jadinya tak jarang sepanjang jalan kami bernyanyi lagu-lagu daerah dari Indonesia, membuat suasana awal perjalanan menjadi tambah ceria.
Malam hari bada isya kami kumpul di rumah kawan, kemudian memulai perjalanan menuju bus yang akan membawa kami ke terminal bus utama dan berangkat langsung menuju daerah bernama Lumut, sebelum kami menyebrang menggunakan kapal Feri menuju Pulau Pangkor.
sejam diterminal sambil bersenda gurau dan bernyayi. Cukup unik sebenarnya, karena lagu-lagu yang kami bawakan adalah lagu-lagu daerah dan kebangsaan Indonesia. Tak sedikit orang-orang disekitar memperhatikan kami. Sambil lesehan kami hanya tertawa dan bernyanyi. Ya, hidup di negera orang justru menumbuhkan kecintaan yang kuat akan negeri kami Indonesia. Jadinya tak jarang sepanjang jalan kami bernyanyi lagu-lagu daerah dari Indonesia, membuat suasana awal perjalanan menjadi tambah ceria.
Waktu pun tiba bagi kami menuju Lumut. Perjalanan memakan waktu sekitar 3 sampai 4 jam. Meski keadaan bus kurang nyaman bagi saya, saya mencoba untuk mengistirahatkan badan, menjaga stamina untuk esok hari. Hasilnya, selama perjalan dalam bus itu, saya merindukan bantal dan selimut kesayangan saya. Sudah terbayangkan badan pegal-pegal karena kurang tidur dan posisi duduk saya yang tidak pas. Ditambah si sulung yang tidur dipangkuan saya. Ingin rasanya kembali ke rumah tidur nyenyak tanpa adanya perjalanan panjang ini.
Perjalanan yang cukup menyiksa harus segera saya akhiri di toilet. Karena malam dan toilet umum tutup kami pun menemukan kedai makan yang buka 25 jam non stop waktu itu. Terbayang toilet yang pasti tersedia didalamnya, saya pun segera menuju kedai itu bersama kawan yang lain.
"Kacau deh kacau" Ujar kawan saya itu.
"Kenapa?" Tanya saya, sedikit takut.
"Check sendiri deh." Sambil ngeloyor kawan saya itu pergi.
Pertama yang saya bayangkan, kemungkinan pertama adalah keadaan toilet gelap, kotor, banyak kecoa dengan kesediaan air yang cukup mengkhawatirkan. Kemungkinan kedua adalah baunya yang membuat kepala ini pusing. Akh, masih bisa saya atasi, begitu saya pikir. Mengingat kebutuhan saya akan toilet harus segera dipenuhi.
Tetapi yang ada bertambahlah penderitaan saya ketika melihat penampakan itu. Ough... tak tega diri ini menggambarkan dengan detail keadaan toilet tersebut. Mau tidak mau akhirnya saya menggunakan toilet sebelah meski dengan kondisi yang sama, kengeriannya tidak sebegitu parah toilet yang pertama.
Semangat yang tersisa saya gunakan rehat sementara di masjid ketika kawan-kawan yang lain sholat subuh. Dengan sedikit penyesalan timbul, kenapa baru menjelang subuh kami menyadari keberadaan masjid, jika mengingat insiden toilet tadi.
Sampai akhirnya petualangan kami dimulai kembali. Dan tersibaklah langit pagi menyambut kedatangan kami di Pulau Pangkor.
Ketika berada diatas kapal Feri semangat kembali membuncah, tak sabar untuk segera menginjakkan kaki di Pulau Pangkor. Menikmati pemandangan diatas kapal Feri dan merasakan udara pagi membuat saya melupakan penderitaan yang dialami selama perjalanan tadi.
"Kenapa?" Tanya saya, sedikit takut.
"Check sendiri deh." Sambil ngeloyor kawan saya itu pergi.
Pertama yang saya bayangkan, kemungkinan pertama adalah keadaan toilet gelap, kotor, banyak kecoa dengan kesediaan air yang cukup mengkhawatirkan. Kemungkinan kedua adalah baunya yang membuat kepala ini pusing. Akh, masih bisa saya atasi, begitu saya pikir. Mengingat kebutuhan saya akan toilet harus segera dipenuhi.
Tetapi yang ada bertambahlah penderitaan saya ketika melihat penampakan itu. Ough... tak tega diri ini menggambarkan dengan detail keadaan toilet tersebut. Mau tidak mau akhirnya saya menggunakan toilet sebelah meski dengan kondisi yang sama, kengeriannya tidak sebegitu parah toilet yang pertama.
Semangat yang tersisa saya gunakan rehat sementara di masjid ketika kawan-kawan yang lain sholat subuh. Dengan sedikit penyesalan timbul, kenapa baru menjelang subuh kami menyadari keberadaan masjid, jika mengingat insiden toilet tadi.
Ketika berada diatas kapal Feri semangat kembali membuncah, tak sabar untuk segera menginjakkan kaki di Pulau Pangkor. Menikmati pemandangan diatas kapal Feri dan merasakan udara pagi membuat saya melupakan penderitaan yang dialami selama perjalanan tadi.
Sambil menjaga tas kawan-kawan, saya mulai menyadari bahwa pantai Pangkor masih sama levelnya dengan pantai Pangandaran yang ada di Indonesia. Perbedaan yang mencolok didalamnya adalah fasilitas yang disediakan pemerintah akan tempat wisata umum. Disini pihak kerajaan benar-benar memberikan perhatian khusus agar menarik banyak wisatawan berkunjung. Padahal jika dilihat dengan jelas, wisata alam Indonesia lebih kaya dan indah tentunya dibanding disini dan Malaysia kalah jauh dalam hal kekayaan alam.
Setelah kawan-kawan puas bermain di laut, dan melihat waktu yang masih tersisa banyak, kami memutuskan untuk berkeliling laut disekitar Pangkor mengunakan perahu boat. Ada berbagai macam bentuk batu karang yang kami lihat. Bentuk ikan paus, penyu bahkan buaya pun ada. Bukan hal yang hebat sebenarnya tapi melihatnya dengan kawan-kawan yang luar biasa akan terasa indah jadinya.
Kami pun dijemput kembali oleh van yang kami sewa, berkendaraan kembali ke pelabuhan menuju kapal feri sambil mengelilingi Pulau Pangkor.
Dengan keadaan yang sangat lelah, saya sudah tidak perduli lagi dengan keadaan bus yang kurang nyaman. Semua tertidur menunggu kesampaian kami di Kualalumpur.
Tak ada yang luar biasa sebenarnya dengan keadaan pulau itu atau bahkan pantainya. Kawan-kawan yang menyertainya yang membuat perjalanan itu menjadi menarik. Saling berbagi canda dan cerita lucu membuat pengalaman itu ingin kembali saya rasakan.
Hal yang paling utama yang membuat saya puas adalah akhirnya saya bisa merasakan bagaimana rasanya berbackpack. Cita-cita saya yang sempat hilang ketika saya akhirnya menikah dan mempunyai anak. Mimpi itu akhirnya terlaksana juga.
Petualangan membawa dua kurcaci kecil, tidak terasa berat bagi saya. Kawan yang perhatian membuat saya tenang membawa anak-anak. Dan saya pun ingin kembali merasakan petualangan seru itu, walau harus membawa tas yang membuat bahu ini rontok, bersama kawan-kawan yang hebat perjalanan kemana pun akan terasa menyenangkan. (bee)
Dengan keadaan yang sangat lelah, saya sudah tidak perduli lagi dengan keadaan bus yang kurang nyaman. Semua tertidur menunggu kesampaian kami di Kualalumpur.
Tak ada yang luar biasa sebenarnya dengan keadaan pulau itu atau bahkan pantainya. Kawan-kawan yang menyertainya yang membuat perjalanan itu menjadi menarik. Saling berbagi canda dan cerita lucu membuat pengalaman itu ingin kembali saya rasakan.
Hal yang paling utama yang membuat saya puas adalah akhirnya saya bisa merasakan bagaimana rasanya berbackpack. Cita-cita saya yang sempat hilang ketika saya akhirnya menikah dan mempunyai anak. Mimpi itu akhirnya terlaksana juga.
Petualangan membawa dua kurcaci kecil, tidak terasa berat bagi saya. Kawan yang perhatian membuat saya tenang membawa anak-anak. Dan saya pun ingin kembali merasakan petualangan seru itu, walau harus membawa tas yang membuat bahu ini rontok, bersama kawan-kawan yang hebat perjalanan kemana pun akan terasa menyenangkan. (bee)
Comments
Post a Comment
haii Tiada kesan tanpa komentarmu
* Just click on the pic and copas into box comment for using the emoticon