PEMILU yang tak henti diwarnai kecurangan

Tanggal 9 kemaren saya engga ikut kemeriahan pesta rakyat Indonesia. Hanya berdiam diri saja dirumah, kesel dan kecewa karena Indonesia masih saja tidak berubah dengan birokratis nya . Padahal semenjak hidup di negara orang, rasa cinta saya akan bangsa sendiri malah jadi kuat meski banyak berita buruk saya dengar tentang Indonesia. Tapi ketika PEMILU kemaren kekecewaan itu saya rasakan.

Dari tulisan saya sebelumnya, klik disini, saya semangat sekali mengikuti PEMILU nanti, semoga ya semoga begitu banyak harapan saya akan Indonesia, jika saya ikutan PEMILU setidaknya membawa sedikit perubahan ke yang lebih baik bagi bangsa ku Indonesia. Tidak sedikit juga yang menganggap remeh PEMILU diantara teman-teman saya. Dari yang ekstrim seperti yang bilang "PEMILU itu haram atau najis tahu, ikutan cara orang kafir!!" Sampai yang tidak ambil peduli "Tak ada waktu ikut begituan" Yaa saya pribadi tidak ambil pusing, cuman kepikiran aja mau dibawa kemana bangsa kita jika penduduknya saja sudah seperti ini.

Ketika menjelang tanggal 9 kemarin banyak berita tersebar disini bahwa yang sudah terdaftar akan diberi surat pemberitahuan di TPS mana kita akan menyontreng. Dan saya sampai tanggal 8 nya masih juga belum mendapatkan surat itu. Sampai akhirnya suami menelepon KBRI dan mendapatkan kepastian bahwa kami akan mendapatkan surat suara via pos tanpa harus mendatangi TPS yang telah disediakan, cukup lega juga sih.

Sekedar informasi saja, bagi penduduk Indonesia yang berada di luar negeri sistem PEMILU ada yang berbeda dengan sistem PEMILU yang ada di Indonesia. Ada tiga cara yaitu, Sistem TPS (seperti yang ada di Indonesia), Sistem via pos (WNI akan dikirimi surat suara dan nantinya setelah dicontreng tinggal dikirim lagi lewat pos tanpa prangko, karena sudah tertera pos berlangganan), yang terakhir adalah sistem Dropping Box (disini WNI didatangi oleh Panitia PEMILU Luar Negeri atau PPLN).

Dan kamarin-kemarin itu informasi yang kami dapat sangat simpang siur, ada yang harus datang ke TPS dan ada yang mendapatkan surat suara via pos. Dan parahnya hal itu tanpa adanya pemberitahuan dari pihak KBRI. Tidak sedikit teman-teman kami disini datang ke KBRI atau Wisma Duta (tempat peristirahatan punya Indonesia), karena merasa sudah daftar ternyata sampai disana banyak yang gagal untuk menyontreng karena sudah terdaftar sebagai orang yang mendapatkan suara lewat pos ataupun malah tidak terdaftar sama sekali. Yang saya lihat di berita televisi dan internet terjadi sedikit kekacauan di tempat yang diadakan TPS.

Masalahnya, bagi kaum pelajar atau ekspatriat yang bekerja di sini masih bisa dengan nyaman untuk meminta ijin bolos kuliah atau kerja hanya untuk pergi ke TPS. Tapi kekecewaan cukup besar dialami para TKW atau TKI. Tidak mudah bagi mereka untuk mendapatkan ijin mangkir kerja dari para majikannya. Ataupun bagi mereka yang sudah pergi jauh datang ke KBRI atau tempat TPS lain, ternyata tidak terdaftar dan tidak berhak mengikuti PEMILU.

Sangat tidak teroganisir dan seolah hal ini menjadi yang pertama diadakannya PEMILU diluar negri.

Tadi malam suami dapet informasi ada kekacuan lagi dalam PEMILU sistem Dropping Box. Katanya hasil suara dari sistem Dropping Box adalah satu suara bagi Partai Golkar. Hanya untuk satu Partai saja yaitu Golkar. Padahal saya pernah mendapatkan informasi bahwa ada kemungkinan justru Partai PKS yang akan lebih dominan di kalangan para TKW atau TKI. Mengingat sistem Dropping Box lebih diutamakan kepada para pekerja di kilang atau pabrik.

Salah seorang teman pun tak luput dari kekacuan ini. Setelah sekian lama beliau mengikuti rapat dan berbagi kegiatan dalam rangka persiapan PEMILU ini, tiba-tiba namanya tidak tercantum dalam kepanitiaan PPLN. Ketika dikonfirmasi, informasi yang didapatkan pun sangat tidak profesional dengan jawaban banyak kemungkinan seperti mungkin yang bersangkutan belum berusia 17 tahun atau tidak rajin dalam kegiatan kepanitiaan. Karena memang para PPLN ini mendapatkan bayaran yang lumayan per jam nya. Sehingga ada orang yang memanfaatkan ini dengan mengganti namanya dengan nama orang lain.

Kembali ke surat suara, sampai hari ini saya masih juga belum mendapatkan surat suara itu. Entah kapan tepatnya akan datang, meski teman bilang suara masih ditunggu sampai tanggal 18 April ini. Sampai ketika saya bilang ke suami kapan kira-kira surat akan sampai, suami malah menjawab "Ah udah lah gak usah dipikirin, PEMILU nya udah kacau begini, ntar kalau suratnya udah sampe pun punya Abi mo ditempel didinding aja buat kenang-kenangan"

Yahh... inilah wajah negeri ku yang masih belum berubah... Indonesia oh Indonesia.....


Comments

Popular posts from this blog

Mudik...!!

What's the meaning of Jilbab