Dia Anakku....

Beberapa hari yang lalu kami dipanggil ke sekolahnya si sulung, ada sedikit cuap-cuap tentang progress dia selama sekolah di Tadika (TK). Pertemuan itu adalah pertemuan yang kedua sekaligus yang terakhir bagi kami dikarenakan Akang (Si Sulung) tahun depan insyaAllah akan memasuki sekolah dasar.

Entah kenapa setelah pertemuan kami dengan Cikgu (guru) nya ini cukup membuat dada saya sesak. Bukan karena sedih, bukan karena kaget dengan hasil perkembangan Akang di sekolah ataupun bangga dengan segudang prestasinya. Tapi semakin menyadari bahwa peran menjadi orang tua itu tidaklah mudah, jika diperbolehkan saya mengatakan sangat lah berat.

Bagi saya pribadi yang berkedudukan sebagai seorang ibu rumah tangga peran ini merupakan tantangan terbesar dalam hidup saya. Dua amanah yang Allah berikanlah, tantangan-tantangan itu lebih banyak datangnya.

Dulu ketika Akang masih balita, saya menikmati setiap moment bersamanya. Anak ini, Allah hadirkan untuk membuat suasana rumah kami ceria dengan segala tingkah lakunya yang selalu membuat kami tertawa. Sampai Cikgunya disekolah mengatakan kalau Akang ini selalu membuat kelakar atau jokes di dalam kelas dan tak jarang membuat seluruh isi kelas tertawa.

Dengan kepolosannya selalu mencoba untuk membuat tertawa atau setidaknya tersenyum kami anggota keluarga yang lain, khususnya saya yang selalu cerewet tentang hal yang remeh. Meski kadang seringnya saya malah balik memarahi jika Akang mulai "berulah" dalam pandangan saya, padahal jujur didalam lubuk hatinya ingin membuat saya tersenyum dan berhenti mengkhawatirkan hal-hal yang tidak prinsipil.

Cikgunya yang sekarang, mungkin karena dari pengalamannya yang sudah banyak, saya anggap cukup memahami anak kami yang unik. Cukup membuat saya terhenyak bahwa memang kami membutuhkan opini orang luar untuk menilai perkembangan anak kami ini. Dan darinyalah saya mendapatkan banyak ilmu tentang anak kami.

Dari pertemuan kemarin itu, saya semakin menyadari perjalanan kami sebagai orang tua masih sangat lah panjang. Mendengar kelebihan dan kekurangan Zharfan membuat saya juga berpikir, banyak yang harus dipersiapkan untuknya dalam menghadapi kehidupannya kelak. Apalagi menjelang dia memasuki gerbang sekolah dasar.

Tak jarang hati ini ketar ketir melihat anak yang lain sudah bisa ini atau itu, dan sukanya tanpa disadari memberi tekanan kepadanya untuk bisa berbuat seperti anak lain atau bahkan lebih. Tapi Allah, puji dan syukur hanya kepadaNya, selalu mengingatkan saya lewat tingkah laku anak-anak kami, bahwa apa yang saya lakukan tidak seharusnya dilakukan mengingat setiap anak itu pribadi yang unik.

Kemarin ini ketika melihat Akang mengenakan baju toga merah tanda kelulusannya ditingkat Tadika, kemudian melihatnya berjalan di panggung yang cukup luas membuat dada saya kembali sesak. Berusaha untuk menahan air mata yang mulai berdesakan keluar, saya hanya bisa bertepuk tangan ketika namanya disebut dan berkata "Anakku....." Seolah kilas balik langsung ku rasakan. Baru kemarin ini dia bermanja-manja kepada saya untuk memulai hari pertama di sekolahnya yang baru. Sukar baginya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Tak jarang pula ketika harus kembali sekolah setelah liburan cukup panjang Akang mulai menangis jika harus memulai kegiatannya kembali di pagi hari, apalagi mendengar Abinya sudah mulai menyalakan mobil untuk mengantarnya pergi sekolah.

Tapi hari itu  Akang dengan tegap dan penuh percaya diri melangkah untuk bersalaman dan menerima tanda kelulusan di depan banyak orang tanpa harus bermanja-manja dulu atau merengek-rengek meminta saya untuk menemaninya.

Tidak, anak saya tidak mendapatkan banyak piala atau berbagai macam penghargaan karena pintar ini atau itu. Dengan memegang sebuah silinder panjang isi surat kelulusan telah membuatnya tersenyum lebar dan cukup sadar bahwa apa yang telah dilakukannya itu telah membuat bangga kami orang tuanya.

Dan Jalan mu masih panjang anakku.
Satu pintu telah kau lewati dan pintu lain siap menanti untuk kau buka.
Ummi tidak akan menuntut dirimu untuk menjadi ini atau itu atau harus begini atau begitu.
Doakan saja Ummi untuk selalu ada disetiap langkah mu untuk terus bisa memahami mu anakku....
Mahkluk Allah dengan sejuta keunikan, 
Semoga.... amin.

Comments

Popular posts from this blog

Mudik...!!

What's the meaning of Jilbab