Bagi Mereka yang Ikut "Berperang"

Peristiwa yang terjadi diantara Palestina dan Israel, selalunya menarik perhatian siapapun yang menaruh perhatian besar akan perkembangan yang terjadi disana. Tambahan tragedi terakhir yang menimpa kapal bantuan untuk Gaza, seolah pertumpahan darah sulit untuk berhenti mengalir disana. Tapi, untuk tragedi Marvi Marvara dunia satu suara memprotes. Seolah pada akhirnya dunia terbuka matanya oleh "kenakalan" sebuah negara akan tingkah lakunya yang sudah diluar batas.

Ada sebuah fakta menarik sebenarnya dari berbagai peristiwa yang terjadi di tanah seputar Jerusalem ini, yakni reaksi yang lahir dari berbagai pihak mengenai konflik tersebut. Dari mereka yang ekstrim mendukung salah satu pihak dan mereka yang memandang skeptis tentang konflik ini. Jika membaca atau mendengar komentar mereka yang bersimpati dan mendukung yang teraniaya, diri ini terasa ikut terbakar semangat untuk berbuat sesuatu yang lebih dari hanya sekedar tingkatan iman yang terlemah yaitu berbuat dengan hati.


Palestina yang mulai tersingkir

Tapi jika melihat mereka yang mulai mengeluarkan argumen bahwa perang ini tak lain dan tak bukan hanyalah perebutan tanah saja. Karena semua bermula ketika perang salib, dimana pemerintah Inggris akhirnya sebagian besar menyerahkan tanahnya kepada kaum Yahudi, hingga sampai sekarang lambat laun wilayah Palestina semakin berkurang dikuasai oleh pihak Israel. Hingga memicu kesimpulan, kenapa pada akhirnya tidak menyalahkan pihak Inggris saja? Dan mengehentikan kebencian tiada akhir kepada Israel. Cukup terhenyak melihat opini ini pada akhirnya muncul.

Al-Aqsha yang luput dari perhatian

Benarkah hanya sebatas perebutan tanah saja? Melihat Al-Quds semakin rapuh seolah pasrah dengan keadaan yang entah akan seperti apa, langsung tergugah bahwasanya konflik ini bukan sekedar perebutah tanah saja. Jika betul hanya perebutan tanah saja, lalu apa yang kaum yahudi ini lakukan dengan tanah Yerusalem saat ini? Utamanya Al-Quds kiblat pertama ummat Islam. Berdalih karena mereka berkeyakinan bahwa kuil suci solomon terkubur jauh didalam, tepat dibawah kaki Masjid Al-Quds. Alasan ini masih kurang kuat menyatakan bahwasanya perang ini lebih dari sekedar perebutan tanah?

Baru kemarin-kemarin ini menerima email tentang "Gaza Tidak Membutuhkan Mu" kemudian berdoa, semoga Allah melindungi mereka. Dan ternyata besoknya terdengar kabar jika salah satu kapal yang ditumpangi oleh orang Indonesia diserang oleh pihak Yahudi, dengan jumlah korban yang tewas tidak sedikit. Padahal mereka membawa misi kemanusiaan, bukannya hendak menyerang Yahudi. Hingga akhirnya dunia ikut mengecam peristiwa ini.


Ya, bagaimanapun pada akhirnya dunia mulai memberikan suaranya bahwa konflik ini sudah sangat melebihi batas kewajaran. Sampai Turki pun bersuara, salah satu negara yang masyarakatnya tidak sedikit yang beragama Islam. Dan mulai mengambil langkah pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel. Hingga rakyat Palestina digambarkan begitu menyambut gembiranya sikap Turki pada akhirnya.



Tapi, apakah sudah berhenti komentar yang dikeluarkan mereka yang memandang sebelah mata konflik ini? Tidak tentunya. Komentar-komentar miring masih saja berhamburan ikut meramaikan konflik ini. Pun mereka yang mendukung masih tetap berkobar semangatnya, meski tidak dipungkiri hal ini malah semakin membuat ramai mereka yang tidak ikut berperang, malah saling menghujat satu sama lain pada akhirnya.

Pernah ketika membaca sebuah postingan tentang penggalangan dana, kemudian menimbulkan komentar lain tentang hal ini. “Mending urusin negara sendiri, daripada jauh-jauh mikirin negara lain” hingga akhirnya merembet kepada debat kusir karena yang satu berargumen bahwa konflik ini memang sudah takdirnya Palestina. Hingga menyambung ke masalah-masalah hukum Islam yang sama sekali tidak ada kolerasinya dengan konflik yang ada. Cukup membuat kami yang melihat hanya bisa tertawa miris.


Kawan, sekiranya jika masing-masing merasa mempunyai pendirian yang benar, apakah kita masih mau membiarkan manusia didunia ini saling menghancurkan satu sama lain? Melihat tidak sedikit nyawa yang tidak berdosa menjadi korban. Apakah semua ini masih harus terus berlanjut?



Sudah cukup dengan apa yang terjadi disana. Sudah cukup darah mengalir disana. Dengan kita berhenti untuk berdebat tak ada ujungnya yang tidak membawa dampak apapun kepada kita, yang ada hanyalah menambah kekesalan yang tak ada gunanya. Dan yang pasti rudal dan peluru masih berterbangan disana. Apa untungnya buat kita? Tak bisakah kita minimal berdoa? Hanya berdoa saja untuk orang-orang yang menjadi korban disana? Tidak teregelitikkah kita melihat korban yang terus berjatuhan disana?

Semua itu sudah cukup... berhentilah saling menyalahkan dan sudah saatnya kita peduli dengan cara apapun yang kita mampu. Untuk memperlihatkan bahwa kita peduli dan bahwa kita ada bagi mereka.


Serdang, 21 Juni 2010

6:37 PM

Comments

Post a Comment

haii Tiada kesan tanpa komentarmu

* Just click on the pic and copas into box comment for using the emoticon

Popular posts from this blog

Mudik...!!

What's the meaning of Jilbab