Si Kriwil Sang Guru Kehidupan

Pernah bertemu dengan orang yang menyebalkan, jutek, semau gue, terkesan tak mau peduli dengan lingkungan sekitar?  Tak jarang juga kata-kata yang dilontarkan menohok hati, jadinya tak sedikit orang enggan untuk kenal lebih dekat dengannya, apalagi menjadikannya seorang sahabat. Well, saya pernah. Mau tidak mau harus sering bertemu dengan orang itu. Inginnya menghindar atau kalau bisa ijnkan dia hidup didunia bagian selatan dan saya akan dengan senang hati mendiami dunia bagian utara, hidup dengan damai. Tapi begitulah, sepertinya Allah memang tidak mentakdirkan saya untuk lepas darinya apalagi pergi jauh. Orang itu adalah dosen saya tercinta.

Bisa dibayangkan, tak akan ada celah untuk dimanfaatkan agar bisa menghindarinya. Apalagi ketika itu, beliau menjabat sebagai sekretaris jurusan, yang notabene jika ada mahasiswa yang memerlukan bantuan seputar mata kuliah harus berhadapan denganya. Tambahan, beliau akhirnya dengan senang hati memberikan mata kuliah dikelas, ketika saya masih duduk ditingkat pertama perkuliahan. Pemahaman kami waktu itu jika berhadapan dengannya, jadilah mahasiswa yang baik dan benar. Taati saja segala aturan-aturannya yang terkadang membuat para mahasiswa terheran-heran. Dan jika kita mampu mengikuti, kelas yang diadakannya pun akan berjalan dengan baik. Semulus jalan tol, harusnya begitu. Tapi darah itu merah jendral, mimpi buruk pun dimulai.

Mimpi Buruk Pun Menghampiri

Ketika usai Ujian Tengah Semester, dimana seharusnya nilai setiap orang mulai bermunculan dengan senang hati dengan berbagai macam bentuknya, nilai saya tidak. Nama pun tidak tercantum dideretan nama kawan-kawan yang lain. Perumpamaan yang mengatakan serasa ada petir di siang bolong, benar-benar terjadi dan seolah terasa nyata. Jika dalam komik-komik jepang ekpresi berubah kecewa dan petir mulai saling menyambar sebagai background, sangat lah tepat keadaannya waktu itu. Seorang kawan hanya menepuk bahu,

"Nasib mu Nak, memang tidak bisa jauh dari Si Kriwil" Hanya bisa terkulai lemas mendengar komentarnya, berharap dukungan.

Ya, akhirnya jalinan itu harus dijalani juga akhirnya. Dengan susah payah mencarinya di ruang dosen, tempat yang paling dihindari didunia oleh para mahasiswa tingkat awal, yang entah kenapa ketika begitu memerlukan dan merindukan sosoknya yang aneh beserta rambutnya yang khas, uughhhh.. , susah sekali makhluk itu untuk ditemukan. Sampai akhirnya, bertemu dengannya di sebuah kelas. Dengan santainya dia menjawab

"Kau telepon saya saja nanti malam ya? Data nilai seperti itu tidak selalu saya bawa kemana-mana, okeh?" Sepertinya ekspresi muka saya terbaca dengan jelas, berat hati jika harus meneleponnya. Malam-malam lagi? jelas mending baca novel kesayangan daripada meneleponnya.

"Yaa... jika kamu gak mau cepat tahu nilanya sih terserah, ya gak usah menelepon saya" Sambil melanjutkan kembali aktivitasnya ngobrol dengan mahasiswa lain saya hanya bisa pasrah.

"Baik, Pak. Boleh minta teleponnya?" Jawab saya dengan senyum yang dipaksakan.

"Gak salah neh, kamu minta telepon saya? Terus kalau saya kasih ke kamu saya pake apa? ulekan?" Oh Tuhan... lindungilah hamba dari segala godaan syetan dan iblis seperti dia.

"Maaf Pak, boleh saya tahu berapa NOMER TELEPON Bapak?" Ujar saya, sambil menarik nafas dalam-dalam.

"Heemm.. saya cuman punya satu kok nomernya" Balasnya dengan ekspresi tanpa dosa.

Sebenarnya pada titik ini, saya mulai memahami salah satu karakternya yaitu hoby sekali ngerjain orang, mahasiwa tepatnya apalagi dia adalah mahasiswa tingkat awal seperti saya. Sampai melihat orang-orang disekelilingnya mulai menaruh perhatian pada percakapan kami dan mulai senyam senyum. Harga diri mulai tersentuh. Well, bukan Lebah Madu namanya jika ada yang mulai iseng dibiarkan

"Baiklah Bapak Dosen yang tercinta dan terhormat. Jika berkenan, bolehkan saya diberi tahu nomer telepon Bapak yang satu itu? Ijinkan saya menelepon Bapak nanti malam untuk mengetahui nilai saya yang belum tercantum di SBA?"  Balas saya dengan memberikan senyuman terindah, menurut saya. Padahal dalam hati pengen botakin rambutnya yang kriwil-kriwil enggak karuan itu.

Yaahh.. diakui atau tidak dia mulai tersenyum melihat saya. Bukan senyum sindiran ataupun senyum kemenangan yang dia sunggingkan karena berhasil ngerjain, tapi senyum kebanggan seolah diwajahnya terbaca kalimat seperti ini "That is my student! You have to be tough when you're around with me"

Yeaaahh,  whatever lah Pak.. tunggu saja gangguan saya malam nanti.

Kriwil Si Pendengar Setia

Waktu seolah berjalan sangat cepat hari itu hingga akhirnya sampai pula waktunya untuk menghubunginya dan menanyakan kabar nilai mata kuliah itu, yang mungkin tidak seberapa, sudah mulai pesimis. Hanya saja bayangan daripada mendapatkan nilai E dan harus mengulang mata kuliah dengan dosen yang sama saya memilih untuk menghabiskan waktu horor saat itu juga. Semua kejadian itu sebenarnya awal mula bagi saya untuk mengenal lebih dekat seperti apakah dosen yang dijauhi para mahasiswa pada waktu itu.

"Selamat malam Pak, bisa bicara dengan Bapak (Kriwil)?" Berandai-andai bisa memanggilnya seperti itu.

"Saya sendiri, siapa ini?"

"Saya Lebah Pak, mahasiswa Bapak yang tadi siang menanyakan nilai"

"Emmh... ya ya ya... NPM mu berapa?"

"HOD98XXX"

Dan terdengar lah suara ketikan keyboard dengan suara tuuutt tuuutt...

"Nilai mu C!!"

"Bener Pak? Gak salah neh? Perasaan waktu itu saya bisa kok..."

"Itu kan perasaan mu saja, emang harusnya berapa nilai kamu?"

"A gitu... atau kalau engga B...karena saya yakin saya bisa kok"

"Pede bagus, tapi saya engga pernah salah kasih nilai sama mahasiswa-mahasiswa saya"

"Begitu ya Pak...." Lesu, menerima fakta "Baiklah Pak, terima kasih atas waktunya maaf mengganggu Bapak"

"Kamu, udah bayar SPP belum??" Jawabnya dengan tiba-tiba.

"Apa Pak?" Kaget dan bingung menghubungkan SPP dan gangguan saya meneleponnya.

"Saya tanya, kamu udah bayar SPP engga bulan ini?"

"Ya, udah dong Pak!!"

"Kalo udah berarti kamu boleh ganggu saya kapan saja, bebas. Karena kamu udah bayar saya"

"Waaaa..." suprise mendengar jawaban ini "Begiitu yaa?? kalau gitu saya mau curhat!"

"Boleh silahkan..."

"Kenapa Bapak kadang suka nyebelin? Dan kenapaa... nilai saya C... saya pengennya A"

"Ini namanya merajuk... emang saya dosen yang menyebalkan yaa?"

Dari situlah hubungan kami pun berlanjut. Sepertinya memang sudah skenario Allah, nilai saya tidak muncul saat itu, karena mungkin Allah ingin membuka mata saya seperti apakah dosen aneh seperti dia.

Meski ketika pergantian semester, saya tidak diajar lagi oleh beliau. Saya masih sering bercakap-cakap dengannya tentang apapun. Dari tentang mata kuliah ataupun topik yang hangat yang terjadi saat itu. Dimana lagi coba saya bisa menemukan dosen unik seperti beliau. Makhluk yang harus dilestarikan!

Dia Atheis!

Pernah ada rumor yang beredar, katanya Si Kriwil ini adalah seorang atheis. Daripada dengar berita yang malah nantinya mendatangkan dosa, saya tanya saja langsung kepada yang bersangkutan.

"Pak, kata temen saya Bapak atheis, tidak beragama, bener ya?" Si Bapak cuman senyum aja ditanya begitu.

"Yaa... biarkan aja orang mau ngomong apa, karena ibadah saya hanya urusan saya dengan Tuhan. Toh, kalo pada akhirnya saya dibilang atheis juga, gak ada rugi ke saya."

"Tapi kan gak ada api kalo gak ada asap, orang juga pasti lihat gelagat Bapak yang aneh sampe orang berpikiran begitu"

"Begini, saya jika diajak sholat sama kawan-kawan suka gak mau. Kenapa? Karena menurut saya itu orang yang ngajak sudah ada unsur ujubnya, pengen dipuji orang karena mengajak kebenaran. Jadi daripada saya juga mengotori niat saya untuk beribadah mending saya gak usah sholat aja."

"Lah, Bapak gak sholat gitu? Terus ibadah Bapak gimana?"

"Allah saja yang tahu"

"Yaelah Pak... sholat itu wajib urusan orang mau ujub atau engga biar urusan dia sama Allah"

"Loh, saya kan gak harus pengumuman ke orang-orang kalo saya mau sholat?"

"Tapi dengan Bapak memilih untuk menunda atau malah tidak sholat Bapak sendiri yang dosa"

"Itu kan urusan saya sama Tuhan, emang Tuhan ngasi tahu ke kamu kalo saya berdosa?"

"Itu namanya Bapak belum dapat hidayah" Dengan entengnya saya membalas jawabannya.

"Begitu ya?"

"Yaaa... saya doakan Bapak dapet hidayah deh... biar tetep dengan ketidak peduliannya tapi sholat tetep juga jalan" Dan si Bapak tercinta itu tersenyum melihat saya.

Itulah dosen saya yang aneh dan nyeleneh. Meski saya dekat dengannya apakah nilai saya menjadi baik? Karena KKN gitu? Engga pastinya. Sampai kemudian pada tingkat akhir saya kembali diajar olehnya nilai saya masih segitu-segitu saja. Merajuk dengan cara apapun nihil hasilnya.

"Huusssh... kamu jangan mau jadi kayak pejabat sekarang nantinya yaa.. memanfaatkan kedekatan seseorang demi mencapai hasil yang diinginkan" Begitu komentarnya jika saya merayu minta diberi nilai yang baik.

Tak Kenal Maka Tak Sayang? Tepat sekali perumpamaan itu. Semakin mengagumi dan menghormati sosok dosen unik seperti beliau, yang sangat jarang sekali ditemui dimuka bumi ini. Sampai saya menikah dan mempunyai anak pun kami masih berhubungan, meski pernah hilang kontak ketika beliau pergi kuliah ke Amerika. Sampai akhirnya bertemu kembali meski melaui dunia maya, tetap saja saya masih merasa jika beliau adalah dosen juga guru kehidupan bagi saya.

Terharu sekali dengan ilmu yang telah beliau turunkan kepada kami. Tidak saja hanya ilmu yang berkaitan dengan bidang kuliah, ilmu apapun jika kita mau dengan jeli mendapatkannya kemudian berdiskusi dengan beliau selalunya terpukau dengan penjelasan yang beliau jabarkan. Sebuah pemikiran unik yang datang dari seorang dosen sederhana dan rambutnya yang khas dengan otak yang luar biasa.

Serdang, 24 Juni 2010
10:00 PM


*Gambar-gambar diatas, saya dapat dari Embah Google
*Tulisan ini dalam rangka meramaikan lomba Berbagi Cerita Dengan Kata

Comments

Post a Comment

haii Tiada kesan tanpa komentarmu

* Just click on the pic and copas into box comment for using the emoticon

Popular posts from this blog

Mudik...!!

What's the meaning of Jilbab