[Catatan MBP] Terjebak Kesempurnaan
Hari-hari pertama ketika memulai kembali kegiatan harian saya di tanah air. Salah satu doa saya waktu itu adalah semoga Allah memberikan kawan baru. Bukan karena saya enggan untuk kembali bercengkrama dengan kawan lama. Hanya saja saya ingin suasana baru dalam memulai kembali lembaran kehidupan lama. Dan Allah pun mengabulkannya. Menemukan sebuah komunitas baru yang begitu sesuai dengan minat. Jangan bosan jika sering disebut IIDN ya? 
Tanpa terasa saya benar-benar terlibat didalamnya. Selalu mengusahakan hadir di setiap kegiatannya, sampai akhirnya terasa begitu dekat dengan anggotanya, terutama yang berada di pusat, kebetulan IIDN berpusat di Bandung. Saya selalu semangat jika ada pertemuan, sekedar ketemu atau janjian di suatu tempat. Atau pelatihan-pelatihan yang sering diadakan. Satu hal yang pasti adalah semua kegiatan selalu dalam tema yang sama menulis dan buku. Sungguh saya berterima kasih sekali kepada-Nya. Komunitas yang memberikan kegiatan yang positif.
Dari keseringan saya mengikuti banyak kegiatan ada satu dampak postif yang membawa hal baru dalam diri, dan ini yang ingin saya ceritkan. Yakni, saya berhasil menghapal rute angkot di Bandung. Ah, hanya beberapa rute kecil sih. tapi itu sungguh sebuah kemajuan hebat dalam kehidupan saya. Lebay memang, lalu kenapa? Berpuluh tahun tinggal di Bandung saya tahunya duduk diam manis jika bepergian, begitu mengandalkan sopir yang menjadi tour guide. Kebutaan saya akan rute ini terasa sekali ketika sudah menikah, jika jaman kuliah terkadang masih melakukan petualang kesana-kemari. Menikah dan mempunyai anak beda lagi ceritanya. Saya tidak mungkin asal pergi begitu saja ke suatu tempat dengan membawa pasukan krucil.
Bukan tidak ingin jika saya berkendaraan pribadi, sepertinya akan memudahkan. Tapi, saya merasakan masih banyak hikmah yang tersimpan akan petualangan kembali menyelusuri pelosok-pelosok kota Bandung dengan jalur angkotnya.
Meski harus ngetem lama. Berhenti di setiap gang, perempatan atau tempat keramaian. Bukankah disitu Allah sedang menguji kesabaran saya? Walau terkadang iya, saya seringnya kesal dengan tingkah laku para supir angkot ini (ngelap keringat
). Kalau lagi males berhenti atau sering injak rem dan kopling, mereka banyak-banyak menginjak gas. Whuuuuzz.. disalipnya setiap kendaraan yang ada di depannya. Mereka selalu bilang, "Naik taksi atau pake mobil sendiri aja kalau pengen cepet Neng!" saya pengen balas ucapannya begini, "Pergi ke Serpang ajah Mang kalau pengen ngebut!"
Pernah suatu hari, sehabis ambil barang dagangan. Saya harus buru-buru pulang untuk menjemput putri saya pulang sekolah. Kejadian injak rem dan kopling pun menjadi irama pengantar tujuan saya ke komplek rumah. Mulai esmosi jiwa. Tinggal sedikit lagi, sampai jalan menuju rumah. Si Mang masih saja dengan aksinya sampai dia bilang, "kalau pengen cepet-cepet turun ajah, kalau engga bayar dobel!" Sepertinya dia membaca bahasa tubuh saya. Saya langsung bilang, "Berhenti disini saja Mang!" Saya turun kemudian bayar ongkos. "Nih, saya bayar dobel! Gak usah maju sekalian!" Dan saya pun menyetop angkot lain yang lewat di depannya. Saya dengar dia bergumam dan entah ngomong apa lagi saya kurang jelas mendengarnya. Karena saya harus buru-buru pulang.
Anyway, masih ada dua pertemuan lagi yang ingin saya hadiri. Tapi, saat ini adalah liburan sekolah bagi anak-anak. Seperti biasa saya harus bisa menyusun strategi. Dan strategi yang diperlukan adalah sebuah strategi yang jitu untuk menghasilkan sebuah solusi sama-sama menang dan nyaman. Umh, well... sepertinya saya harus ikut libur juga dalam melakukan petualangan lagi mungkin. Disamping sekarang waktunya saya kembali fokus dalam beberapa target menjelang 2012. Juga saya ingin ikut berlibur dengan mereka menikmati hari dengan malas-malasan.
Bandung, 22 Desember 2012
5:01 pm
Tanpa terasa saya benar-benar terlibat didalamnya. Selalu mengusahakan hadir di setiap kegiatannya, sampai akhirnya terasa begitu dekat dengan anggotanya, terutama yang berada di pusat, kebetulan IIDN berpusat di Bandung. Saya selalu semangat jika ada pertemuan, sekedar ketemu atau janjian di suatu tempat. Atau pelatihan-pelatihan yang sering diadakan. Satu hal yang pasti adalah semua kegiatan selalu dalam tema yang sama menulis dan buku. Sungguh saya berterima kasih sekali kepada-Nya. Komunitas yang memberikan kegiatan yang positif.
Dari keseringan saya mengikuti banyak kegiatan ada satu dampak postif yang membawa hal baru dalam diri, dan ini yang ingin saya ceritkan. Yakni, saya berhasil menghapal rute angkot di Bandung. Ah, hanya beberapa rute kecil sih. tapi itu sungguh sebuah kemajuan hebat dalam kehidupan saya. Lebay memang, lalu kenapa? Berpuluh tahun tinggal di Bandung saya tahunya duduk diam manis jika bepergian, begitu mengandalkan sopir yang menjadi tour guide. Kebutaan saya akan rute ini terasa sekali ketika sudah menikah, jika jaman kuliah terkadang masih melakukan petualang kesana-kemari. Menikah dan mempunyai anak beda lagi ceritanya. Saya tidak mungkin asal pergi begitu saja ke suatu tempat dengan membawa pasukan krucil.
Bukan tidak ingin jika saya berkendaraan pribadi, sepertinya akan memudahkan. Tapi, saya merasakan masih banyak hikmah yang tersimpan akan petualangan kembali menyelusuri pelosok-pelosok kota Bandung dengan jalur angkotnya.
Meski harus ngetem lama. Berhenti di setiap gang, perempatan atau tempat keramaian. Bukankah disitu Allah sedang menguji kesabaran saya? Walau terkadang iya, saya seringnya kesal dengan tingkah laku para supir angkot ini (ngelap keringat
Pernah suatu hari, sehabis ambil barang dagangan. Saya harus buru-buru pulang untuk menjemput putri saya pulang sekolah. Kejadian injak rem dan kopling pun menjadi irama pengantar tujuan saya ke komplek rumah. Mulai esmosi jiwa. Tinggal sedikit lagi, sampai jalan menuju rumah. Si Mang masih saja dengan aksinya sampai dia bilang, "kalau pengen cepet-cepet turun ajah, kalau engga bayar dobel!" Sepertinya dia membaca bahasa tubuh saya. Saya langsung bilang, "Berhenti disini saja Mang!" Saya turun kemudian bayar ongkos. "Nih, saya bayar dobel! Gak usah maju sekalian!" Dan saya pun menyetop angkot lain yang lewat di depannya. Saya dengar dia bergumam dan entah ngomong apa lagi saya kurang jelas mendengarnya. Karena saya harus buru-buru pulang.
Anyway, masih ada dua pertemuan lagi yang ingin saya hadiri. Tapi, saat ini adalah liburan sekolah bagi anak-anak. Seperti biasa saya harus bisa menyusun strategi. Dan strategi yang diperlukan adalah sebuah strategi yang jitu untuk menghasilkan sebuah solusi sama-sama menang dan nyaman. Umh, well... sepertinya saya harus ikut libur juga dalam melakukan petualangan lagi mungkin. Disamping sekarang waktunya saya kembali fokus dalam beberapa target menjelang 2012. Juga saya ingin ikut berlibur dengan mereka menikmati hari dengan malas-malasan.
Bandung, 22 Desember 2012
5:01 pm
Comments
Post a Comment
haii Tiada kesan tanpa komentarmu
* Just click on the pic and copas into box comment for using the emoticon