Tirai Tipis Bangga dan Sombong

Kalau ibu-ibu kumpul pastinya gak jauh dari obrolan ya?  Topik apapun selalunya menarik untuk dibicarakan. Jika terlalu asyik, syetan gak kalah serunya membumbui forum itu agar lebih mantaf dengan berbagai macam senjatanya. Yang paling sering ujung-ujungnya selalu menuju ghibah alias ngomongin orang. Atau kalau engga, ini yang pengen saya tulis, adalah kebanggan seorang ibu akan keberhasilan anak-anaknya tentang apapun itu.

Dari si anak yang cuman jadi wakil ketua kelas sampai si anak yang memang berhasil dibidang akademiknya. Wajar sih sebenarnya, gak sia-sia membesarkan seorang anak, jika pada akhirnya si anak mempersembahkan sesuatu yang membanggakan orang tuanya. Hanya saja tak jarang juga ajang pembanggaan ini menjurus ke sikap sombong, ujub, ingin dipuji. Padahal mungkin pada awalnya hanya merendah saja. Meski tetep aja ujung-ujungnya pengen ada pujian dari orang lain.

Kadang sering sekali baca status kawan atau kenalan di facebook yang isinya menceritakan berbagai macam kisah seru anaknya. Asyik bacanya kalau yang diceritain tingkah laku anak yang yang kadang emang suka unik dan aneh. Tapi sebenarnya menunjukkan kepintaran sang anak yang kadang tidak disadari oleh orang tuanya. Mulai jengah juga jika ujung-ujungnya mulai memakai anak sebagai ajang pamer kebolehan. Yang terakhir ini sering sekali saya temui dalam kehidupan nyata.

"Emaknya udah puyeng dengan PR matematika, anaknya malah semakin asyik aja ngerjainnya. So proud of you my child!" (status di facebook)

"Engga sia-sia nemenin si abang ngerjain PR semalam suntuk, akhirnya dapat nilai A!" (status yang jadi cerbung lama-lama)

"Bang, kemari coba 1 + 1 berapa?" (waktu lagi kumpul para ibu-ibu, merasa hebat karena, dipikirnya, anak-anak seumurannya pada belum bisa)

"Nah, coba dong Abang baca doa mau naik kendaraan, kan udah bisa"  (Suatu saat, ketika lagi jalan bareng dengan para ibu-ibu naek angkot)

"Eh, Bang baca neh koran ini apa isinya."  (ketika melihat ada sobekan kertas koran, bekas bungkus beli cireng)

"Kak, kemari coba tunjukkin gimana caranya melompat tinggi kayak kangguru?" (respon cepat ketika ada ibu lain yang nyeletuk mau ngelesin anaknya ke tempat latihan atletik)

Ummm... well okeh aslinya si anak engga langsung loncat setinggi-tingginya kayak kangguru, cuman ilustrasi saja. Sedikit hiperbola dan untuk menyamarkan sebuah adegan. Aslinya ada seorang anak yang lagi main sama kawan-kawannya yang lain, tiba-tiba dipanggil sama emaknya untuk berdemonstrasi, and voila! Si anak langsung memperagakannya. Pengen ngakak sih diriku lihatnya...tapi saya hanya memberikan ribuan pujian atas aksi anaknya itu. Masalahnya berasa lihat pertunjukkan topeng monyet, maaf jika terlalu kasar.

"Tuh kan, engga saya les in juga anaknya bisa sendiri"

Sampai komentar yang ditunggu-tunggu pun keluar

"Wah, hebat ya anaknya!"

"Pinter sekali, pasti bangga punya anak kayak Paris Hilton ya?" (asal nyomot nama ajah... )

Dan seabreg pujian lainnya, yaahh itu lah yang diharapkan.

Ibu-ibu... dan Bapak-bapak... yang terhormat, anak itu bukan ahli sirkus. Mari kita cari jalan yang lebih bijak untuk lebih menghargai kelebihan anak, daripada si anak disuruh ini atau itu dihadapan orang.

Atau ada juga jika tidak sibuk membangga-banggakan anaknya ada yang jika berbicara, dirinya selalu ingin menjadi topik utama. Ketika orang lagi seru-serunya ngobrol tentang cuaca atau tentang kisah silam atau bahkan tentang kucing tetangga, orang self center selalu begini komentarnya.

"Kalau di tanah kelahiran saya ya, panasnya lebih panas dari sini low, kalau dingin juga lebih dingin!!" (saking ingin ekstremnya menggambarkan cuaca ditanah kelahirannya)

"Nah, saya beda lagi. Justru saya dulu yang menjadi incaran banyak cowok daripada pasangan saya sekarang." (padahal yang ditanya orang lain, yang sewot jawab orang yang self center ini)

"Kucingnya kucing tetangga saya yang diujung blok itu, bagus lohh... kucing peranakan biasa tapi bulunya lebat kayak kucing anggora" (berasa kucing miliknya sendiri)

Mungkin, pada awalnya orang seperti ini hanya ingin membanggakan diri sekedarnya saja. Tak terpikir sama sekali jika semua perkataannya tergambar kesombongan yang teramat sangat jelas tertera dijidatnya.

Parahnya adalah jika yang bersangkutan tidak menyadari yang terjadi dengan dirinya. Semuanya dianggap wajar saja, hal yang lumrah menurutnya jika seorang ibu merasa bangga akan seorang anaknya atau seseorang yang bangga dengan segala apa yang bersangkutan dengan dirinya.

But well, semua itu wajar pada dasarnya. Ingin memberikan sebuah penghargaan pada dirinya sendiri intinya. Ketika yang bersangkutan melihat orang-orang disekitarnya, yang nampak hanya segala kelebihan yang membuat matanya silau hingga memunculkan segala sikap pembuktian akan dirinya. Yang ketika pada awalnya hanya ingin memunculkan sikap kebanggan hingga pada akhirnya merobek tirai tipis menuju kesombongan ketika orang semakin menikmati kebanggaan.

Emmmhh.... atau sikap seperti ini adalah salah satu gejala rasa tidak percaya diri yaa???

Gambar saya dapat dari Sini

Serdang, 23 September 2010

4:15 PM


Comments

Post a Comment

haii Tiada kesan tanpa komentarmu

* Just click on the pic and copas into box comment for using the emoticon

Popular posts from this blog

Mudik...!!

What's the meaning of Jilbab