Ketika Peri Gigi Ikut Bermain

Kalau punya kurcaci-kurcaci dirumah sudah dipastikan suasana selalunya ramai dan heboh. Sunyi senyap hanya jika mereka tewas terkapar diatas tempat tidur atau beredar diluar rumah. Karena dua kurcaci dirumah pula, kami selalu kedatangan para kawan si kurcaci ini plus emak dan bapaknya yang ikut menyertai. Seru pastinya, selalu saja ada yang datang berkunjung. Entah itu disore hari sekedar bermain mengacak-acak rumah kemudian beredar diluar. Atau ketika ada kegiatan ibu-ibunya para kurcaci kecil pun selalu ikut meramaikan.

Jika mereka sudah heboh pastinya kita, as a moms, selalunya mengingatkan tak jarang pula berteriak
"Hayooo... jangan terlalu heboh"
"Mainnya yang bener, enggak boleh ada yang nangis"
"Giliran...gantian mainnya..."
"Hati-hati... gak boleh lari-lari begitu!"

Yang diingatkan kadang nurut kadang juga enggak, namanya anak-anak asal aman dan terkendali kita para emak okeh-okeh ajah. Tapi yang namanya musibah ketika harus terjadi ya terjadi lah. Dan selalunya entah kenapa ada peristiwa didalam rumah kami padahal boleh dibilang terjadi dengan ketidak sengajaan. Lagi loncat-loncat mau bawa mainan tiba-tiba "Jeduk!!!!" Dan ya.... terdengar suara tangis anak dengan oleh-oleh sebuah gigi patah.

Kejadian pertama adalah ketika ada acara buka bersama tahun lalu dirumah saya. Para ibu-ibu sibuk masak sayur asem didapur, ada sebagian ibu-ibu yang bawa anaknya pula ke rumah. Dan mereka pun ikut anteng dengan mainannya sendiri. Suasana lagi damai tiba-tiba saya enggak sengaja lihat salah satu anak kawan lagi loncat-loncat atau tepatnya lari-lari kecil sambil bawa mainan dan tiba-tiba "Gubrak!!!" Terpeleset dan dagunya terhantuk lantai. Menangis lah ia, sang ibu cepat-cepat menangani si anak dan mengelus-ngelusnya. Ketika diperhatikan mulut si anak berdarah dan tadaaa.... gigi depannya patah!! Jika diingat-ingat kejadian itu sama sekali tanpa sengaja. Hanya saja saya sebagai tuan rumah ada perasaan tidak enak kepada sang ibunya. Khawatir lantainya terlalu licin atau rumah yang berantakan. Meski sang ibu bilang musibah, tetap saja hati ini tidak nyaman.

Kejadian kedua adalah terjadi kepada putri saya. Jika menjelang maghrib entah kenapa anak-anak dirumah selalu tambah heboh dan sangat sangat super duper aktif. Kepala ini senut-senut jika sudah melihat aksi mereka. Sudah dikasih tahu berapa kali juga, selalu saja ada ulah yang mereka buat. Hingga suatu sore, ketika saya lagi asyik-asyiknya bikin snack didapur, setelah sekian kali peringatan saya untuk meminta mereka berhati-hati tiba-tiba terdengarlah tangisan suara si bungsu. Awalnya saya biasa saja hanya lama kelamaan suara tangisnya seperti kesakitan. Ketika saya berlari mendekat terlihatlah mulutnya berdarah. Cukup panik juga, melihat  darah yang terus-terusan mengalir dari mulutnya. Hingga voila!!!! Gigi depannya patah. Saya cuman bisa bengong .... Ya Allah giliran anak saya pula.

Terakhir adalah anak kawan yang dititipkan dirumah saya. Pagi sekali kami sudah bangun karena kawan ada acara wisudaan tapi enggak bisa mengajak anaknya, karena ada peraturan anak-anak tidak diperbolehkan ikut acara tersebut. Dan kami pun menerima si anak kawan saya itu dengan senang hati. Karena saya pun tahu, dua kurcaci dirumah selalu excited jika ia datang berkunjung. Karena semalaman saya begadang susah sekali menahan rasa kantuk waktu itu. Setelah menyiapkan roti bakar dan tiga gelas Energen untuk anak-anak. Saya ijin kepada anak-anak untuk merebahkan diri dikamar, dan waktu itu suami pun pagi-pagi pergi ke rumah kawannya. Gak kuat dengan badan-badan yang sedikit linu dan karena semalaman adik bayi dalam perut heboh terus hingga perut sedikit mules, cukup membuat badan sedikit protes. Melihat anak-anak tenang dan nyaman menonton tv, saya pun masuk kamar. Satu jam lebih saya tertidur dan ketika bangun saya langsung menawari mereka makan nasi.

Anak-anak saya menerima tawaran itu, sedang anak kawan cuman bilang "No thank you, i have eat my bread" Hingga si bungsu bilang kalau kawannya itu pengen nelpon ibunya karena ingin pulang. Heran dengan keinganannya yang tiba-tiba itu, saya memaksanya untuk makan nasi hingga ia pun menerima tawaran tersebut. Tetapi ketika sedang makan dia hanya diam saja dan menyendokkan makanannya sedikit demi sedkit ketika saya bertanya "Are you okay?" Mengocehlah si bungsu kalau kawannya itu tadi jatuh dan giginya lepas. What??? Agaaiiinn??? Ketika saya cek satu gigi depannya telah lepas dan satu lagi giginya bergoyang-goyang tanpa daya dengan darah disekitarnya. Ya Allah.... saya pun cepat-cepat menyuruhnya kumur-kumur.

Dengan kejadian itu saya merasa tidak enak dengan kawan saya yang menitipkannya dirumah kami. Mendengar penjelasan anak-anak sudah dipastikan mereka bermain heboh "Bergaduh-gaduh" jika anak kawan saya bilang. Tepatnya mereka sedang bermain diatas tempat tidur didepan tv dan si anak itu pun kejeduk diatas tempat tidur. Hanya mungkin saking kerasnya cukup untuk membuat dua giginya menjadi korban. Meski si anak dan orang tuanya sudah bilang kalau giginya memang sudah goyang pada awalnya, tetap saja saya merasa tidak enak hati.

Ah... apakah memang benar, ada yang namanya Peri Gigi? Gak seru banget jika ia ikut bermain gigi anak-anak jadi korban. Pastinya, peristiwa-peristiwa seperti itu harus dijadikan hikmah agar kita lebih aware dalam mengawasi anak.


*Gambar diambil dari Embah Google

Serdang, 11 October 2010

10:09PM

And I still feeling guilty....

Comments

Post a Comment

haii Tiada kesan tanpa komentarmu

* Just click on the pic and copas into box comment for using the emoticon

Popular posts from this blog

Mudik...!!

What's the meaning of Jilbab