Sampaikan lah Meski Satu Ayat

Sulit ternyata ya? Setelah mengalami sendiri, menyampaikan sebuah kebenaran merupakan tantangan tersendiri. Apalagi yang ingin kita ingatkan adalah mereka orang terdekat kita. Inginnya berdiam diri saja, membiarkan mereka berkubang dengan kehidupan yang sedang dijalaninya, sayangnya orang-orang ini begitu saya sayangi. apalgi saya ikut melihat mereka tumbuh dari ketika mereka masih bayi sampai sebesar sekarang ini. Berdiam diri malah menjadi siksaan ketika melihat mereka tetap saja asyik bertingkah seperti itu.

Apa jadinya jika orang yang kita hadapi anak-anak berumur belasan, malah ada yang sudah berkepala dua. Umur yang seharusnya telah sadar dengan kehidupan mereka masing-masing. Ketika mencoba secara lembut menegurnya, cukup sedih juga membaca respon mereka. Kaget dengan perkataan yang mereka keluarkan. Seperti ini kah anak muda jaman sekarang? (merasa diri sudah tua...hiks)

Jika melihat kondisi anak-anak labil ini, jadi keingetan terus sama anak-anak di rumah. Dua anak gadis saya akan seperti apa kelak nanti? Juga si sulung akan menjalani kehidupan lelaki seperti apa? Banyak khawatir tentunya. Ternyata, berat ya tugas orang tua itu? (fiuuh... menarik nafas)

Bekal agama memang yang paling utama. Bersyukur jika dulu bibi, adik ibu, begitu giat menyuruh mengaji. Bahkan sampai masjid yang cukup jauh dari rumah, harus diikuti. Cukup keras juga membiasakan saya mengaji. Kesel, marah-marah jika bibi mulai memaksa saya untuk terus pergi ngaji. Padahal kalau diinget-inget pengajian yang saya ikuti dulu cukup menyenangkan, enggak monoton belajar Quran terus. Bisa jalan-jalan ke kebun binatang, atau bahkan bisa ditraktir makan es krim oleh guru ngaji. Namanya anak-anak ya, selalunya lebih menyukai bermain apalagi disuruh pergi ngaji.Tapi hasilnya sangat terasa ketika sudah beranjak dewasa.

Dan sekarang, melihat anak-anak yang terlalu anteng dengan kehidupannya yang salah, ingin sekali mengingatkannya.

Tepat kemarin ini mencoba mengingatkan dengan kata-kata yang saya coba sehalus mungkin, gak tahunya malah mendapatkan kata-kata aneh. Malah jadi melebar kemana-mana, saya jadi sedih. Sedih jika apa yang telah saya lakukan malah akan berakibat buruk terhadap mereka sendiri, dengan melakukan sesuatu agar kami marah atau bahkan menjauhi. Tipikal anak remaja ya? Sudah dua kali mencoba mengingatkan anak remaja. Kasus yang berbeda dengan hasil yang sama. Penolakan....

Barusan setelah membaca kata-katanya yang keras, kesal dan marah karena seolah membebani mereka dengan masukan saya, jadi pengen nulis. Pengen nangis aslinya, kemudian membalas lagi dengan ribuan kata hingga menceramahi mereka, hal yang terus menggelitik saya saat ini. Tapi... yang saya tulis hanya menyuruh mereka untuk beristigfar.Tepatnya sih ingin menenangkan hati ini yang mulai terpancing panas. Merasa mulai tak ada guna jika saya ngotot untuk terus mengingatkan mereka.

Jadi, saya sudahi saja mungkin episode penyampaian ayat ini. Hanya untuk saat ini sepertinya. Ingin menenangkan hati dulu.



















*Gambar dari sini

Bandung 20 April 2011

11:58 PM

Comments

Post a Comment

haii Tiada kesan tanpa komentarmu

* Just click on the pic and copas into box comment for using the emoticon

Popular posts from this blog

What's the meaning of Jilbab

Buku Antalogi Pertama Saya